Harits Hibatullah
2 min readMay 9, 2024
sumber gambar: Pinterest

Bagaimana Cara Meneladani Wanita Tarim?

Suatu ketika saya pernah mendapatkan pertanyaan "Bagaimana Cara Kita meneladani wanita Tarim?". Jujur saya agak bingung untuk menjawabnya dikarenakan di sisi lain saya membaca bahwasanya wanita tarim itu diibaratkan hanya keluar rumah 4 kali dalam hidupnya yakni saat ia lahir, saat ia kanak-kanak, saat ia menikah dan saat ia wafat, jikalau saya menjawab dengan jawaban yang aman tentunya saya akan menjawab dengan alasan iffah, izzah, dan thoah sebagai kemuliaan bagi wanita dan harus di contoh diterapkan di Indonesia, namun kemudian saya mengambil perspektif lain.

Saya berpandangan bahwasanya mungkin kita harus mencontoh sisi positif iffah, izzah dan thoah sebagai kemuliaan diri wanita, namun tanpa kita sadari bahwasanya peran wanita di Indonesia ini tidak bisa disamakan dengan di Yaman (Baca: Tarim) karena issue keperempuanan di Yaman menjadi issue yang serius dimana wanita agak susah mengakses informasi dan pendidikan serta patriarki sangat dominan dalam semua lini. Wanita tidak memiliki kesempatan yang sama dengan lelaki di Yaman dalam hal pendidikan formal misalkan dan akses kesempatan kerja.

Jikalau kita lihat dari kacamata sudut pandang lain, berapa banyak muslimah kemudian yang hamil lalu dokter kandungannya seorang lelaki ? Betapa banyak muslimah yang ingin ke spesialis kulit dan kelamin lalu dokter nya lelaki ? Banyak posisi pekerjaan strategis yang bisa di isi oleh seorang muslimah untuk memuliakan sesama muslimah lainnya. Oleh karena itu konsen pendidikan formal harus ditekankan kepada setiap muslimah disamping pendidikan agama, karena dengan ia terjun langsung berperan untuk kebermanfaatan sesama muslimah, ini akan memberikan dampak signifikan untuk sesama muslimah.

Kita harus mendukung bentuk Jihad seorang wanita muslimah yang sangat dibutuhkan di negeri ini dengan hadirnya di tengah-tengah kaum muslimin, jangan kita batasi mimpi mereka untuk meraih cita-cita, kita harus bisa mencetak wanita muslimah yang shalihah, berkualitas dan memiliki daya intelektualitas yang bermutu untuk membangun generasi "Masyarakat Madani" dan mencapai "Khoiru Ummah"

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

Artinya: “Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain.”

Dan termaktub jelas dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ

Artinya: “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7).